Membiasakan yang Tidak Biasa

Zoom Meeting
Zoom Meeting (Dokumentasi Pribadi)

Kalimat yang berada pada judul diatas terinspirasi dari sebuah artikel yang sudah tayang pada laman Kompas.com berjudul Dipaksa, Terpaksa, Lalu Bisa, Kemudian Biasa hingga Jadi Budaya. Pada artikel kali ini, saya akan menceritakan pengalaman berkuliah pada masa transisi akibat pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 sudah berlangsung sejak Maret 2020, sudah hampir 1,5 tahun berlangsung. Pandemi ini juga yang merubah kebiasaan kita yang tadinya tidak pernah merasakan menjadi melakukan bekerja dan belajar dari rumah selama 1,5 tahun belakangan.

Oleh karena itu, saya mengambil judul Membiasakan yang Tidak Biasa karena baru pertama kali merasakan bagaimana kehidupan ditengah pandemi seperti ini.

Kehidupan Normal Sebelum Pandemi Datang

Semester 4 baru berjalan Bulan Maret karena kampus Universitas Islam Indonesia baru libur semester pada Bulan Februari. Melakukan KRS-an dengan teman merupakan hal yang paling menyenangkan sekaligus mendebarkan karena sistem pada saat itu masih menggunakan UniSYS, dimana masih sering down.

KRS-an waktu itu kami lakukan di Wifi.id Corner, Depok, Sleman. Rencana mulai pada waktu itu kalau tidak salah pukul 3 sore, namun baru bisa diakses sekitar pukul setengah 5 sampai pukul 5 sore karena sistem yang error.

***

Waktu itu saya mengambil kelas jam 7 pagi hari Senin, cukup berani memang. Jarak antara rumah dan kampus yang cukup jauh dan membutuhkan waktu minimal 30 menit untuk sampai, yang berarti harus berangkat paling maksimal jam 6.30 pagi.

Mata kuliah pertama di hari senin yaitu Metode Numerik, yang diampu oleh Bapak Prof. Ir. H. Sarwidi, MSCE, Ph.D., AU. Seperti biasanya, saya sampai ke boulevard UII tepat jam 7 kurang 5 dan masih bisa santai. Ketika berjalan mendekati kelas, kondisi sekitar sangat sepi sekali dan saya pikir masih belum pada hadir ke kelas. Akan tetapi, kondisi yang sebenarnya terjadi adalah kelas sudah dimulai! padahal saat itu jam menunjukkan pukul 7 lewat 1!

Langsunglah saya duduk, lalu mengerjakan kuis yang rupanya menjadi suatu kebiasaan di kelas beliau sebelum memulai pelajaran. Selesai kuis tersebut, beliau memberitahukan bahwa kuis dilakukan pada saat pukul 7 tepat, tidak ada toleransi keterlambatan sama sekali. Waktu kuis pun hanya diberikan waktu 5 menit dengan timer! Apabila melebihi waktu 5 menit, maka tidak akan mendapatkan nilai, alias 0!

Dari kejadian tersebut saya menyadari bahwa terlambat 1 menit bahkan 1 detik saja pun tidak bisa disepelekan karena waktu memanglah penting. Sebelumnya saya juga pernah membuat tulisan mengenai 4 Alasan Mengapa Menghargai Waktu itu Penting, yang dapat dibaca apabila berkenan, hehe.

Tidak hanya kelas Metode Numerik saja, di hari Senin itu juga saya mengambil mata kuliah Teknik Kegempaan yang dosennya sama! Suatu kebetulan bisa mendapatkan dosen dengan disiplin waktu yang sangat baik di hari Senin. Saya yang sebelumnya leyeh-leyeh ketika hari Senin tiba, sekarang tidak bisa lagi seperti itu 😀 Mata kuliah Teknik Kegempaan pun sama aturannya dengan Metode Numerik, hanya saja Teknik Kegempaan nya berlangsung pada pukul 13.00 siang.

Dari beliau saya belajar untuk lebih menghargai waktu walau hanya 1 detik saja karena waktu terus berjalan dan tidak bisa diputar balik sesuka hati kita.

Awal Mula Covid-19 Masuk ke Indonesia

Desas-desus Covid-19 sudah tersebar dari awal tahun 2021 akan tetapi masyarakat disini masih santai karena tidak ada terkomfirmasi positif Covid-19. Kasus pertama diumumkan pada tanggal 2 Maret 2021, stok masker dan handsanitizer ludes sama sekali. Harga masker saat itu melambung jauh terbang tinggi bagaikan mimpi, eh*.

Perkuliahan saat itu baru berlangsung kurang lebih 2 minggu dan harus melakukan kegiatan kuliah daring saat itu juga. Pihak kampus UII pun cepat tanggap masalah ini karena tidak mau mahasiswa, dosen, dan staff nya terkena Covid-19 yang penyebarannya begitu cepat.

Permasalahan yang selanjutnya muncul yaitu bagaimana pelaksanaan belajar daring yang harus dilakukan karena Covid-19 sudah masuk ke Indonesia. Terlebih di Indonesia melakukan hal-hal dari dalam rumah belum menjadi kebiasaan masyarakat kita karena belum pernah sama sekali dilakukan dalam waktu yang lama.

Beruntung kelas Senin saya diajar oleh Bapak Prof. Ir. H. Sarwidi, MSCE, Ph.D., AU, yang sudah familiar dengan aplikasi Zoom Meeting. Pembelajaran pertama setelah diumumkannya peniadaan kelas offline langsung dimulai dengan kelas online menggunakan Zoom.

Saya berpikir bahwa aplikasi Zoom ini keren banget! Bisa mendekatkan yang jauh dalam satu ruangan yang sama. Kelas daring pertama sekaligus mengenalkan saya pada aplikasi virtual meeting ini.

Awal-awal kelas daring begitu menyenangkan karena tidak perlu repot-repot pergi pagi hari, cukup bangun pagi dan membersihkan diri bisa langsung join ke kelas. Seminggu kelas daring dilaksanakan, rasa bosan, jenuh, dan kesal bercampur menjadi satu karena setiap harinya hanya gini-gini aja. Tugas yang semakin banyak dan menumpuk menjadi makanan sehari-hari di awal kampanye #DiRumahAja digaungkan.

Menjadi Terbiasa

Membiasakan yang tidak biasa merupakan kalimat yang harus diterapkan, terutama saat masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Meskipun semester 4 merupakan semester yang cukup berat karena dihiasi oleh mata kuliah dengan laporan dan dengan tugas yang begitu banyak, dapat dilewati dengan hasil yang bisa dibilang memuaskan.

Himbauan awal yang hanya 2 minggu saja untuk masa kuliah daring, diperpanjang hingga saat ini, Juli 2021. Sudah 1,5 tahun kuliah daring ini berjalan, banyak sekali lika-liku yang dilewati begitu saja.

Kini, segala sesuatu hal dilakukan dengan menggunakan aplikasi virtual meeting. Nugas ataupun diskusi saya lebih suka melakukan dengan teman via Zoom ataupun Google Meet. Terlebih Universitas Islam Indonesia (UII) memberikan akun Zoom Premium yang bisa membuat ruang tanpa batasan waktu!

Meskipun kuliah luring masih ditunggu-tunggu untuk dilaksanakan, setidaknya kuliah daring saat ini sudah bisa mengatur waktu karena terbiasa dengan adanya tugas-tugas yang berurutan. Hanya saja, rasa malas yang begitu besar membuat saya menunda mengerjakan tugas H-2 atau H-1 sebelum waktu pengumpulan. Harus lebih membiasakan diri dengan apa yang terjadi saat ini.

Semoga pandemi Covid-19 ini dapat segera teratasi sehingga perkuliahan luring dapat kembali dilaksanakan dengan normal dan tanpa ada rasa khawatir.


Sekian artikel saya mengenai Membiasakan yang Tidak Biasa, baca juga artikel opini lainnya ya! Semoga bermanfaat!

Mahasiswa yang suka menulis dan bercerita.