Merantau ke Borneo

Sunrise dari Pesawat
Sunrise dari Pesawat, Merantau ke Borneo

Merantau ke Bornero – Agustus 2022 silam, saya resmi lulus dari studi S-1 Teknik Sipil di Universitas Islam Indonesia. Mengisi waktu dengan mencari pekerjaan melalui LinkedIn dan platform pencarian kerja dengan penuh semangat. Saya mendaftar mulai dari program fresh graduate hingga program magang.

Tibalah saatnya saya dipanggil untuk mengikuti tes ke Jakarta, menunggu hingga waktunya dipanggil untuk interview online. Tak mudah bagi saya karena masih harus menunggu selama satu bulan.

Hari Jumat, 11 November 2022 adalah hari yang paling membahagiakan pada saat itu. Bagaimana tidak, saya dapat tawaran untuk bergabung bekerja. Penempatan saat itu adalah di salah satu kota, di Pulau Borneo.

Yang Terpikirkan Pada Saat Itu…

Yang saya pikirkan tentang kalimantan, masih hutan belantara

Menerima offering letter selain merasakan bahagia juga merasakan deg-deg an. Saya kepirikan pada saat itu. Mungkin kalau dijelaskan semua akan bosan juga hehe. Biarkan saya bercerita sebagaian apa yang saya pikirkan pada saat itu melalui penjelasan berikut.

1. Takut Naik Pesawat

Ketika tau harus merantau ke Borneo, saya langsung keringet dingin. Gimana tidak, saya sama sekali belum pernah naik pesawat. Keluar Pulau Jawa saja saya tidak pernah. Terlebih melihat berita-berita soal kejadian tidak mengenakan soal pesawat memberikan efek yang cukup membuat nyai saya ciut ketika naik pesawat tersebut.

2. Kalimantan Itu Masih Hutan Belantara

Pikiran negatif saya pada saat itu adalah pulau kalimantan itu masih hutan-hutan belantara. Gimana gak kepikiran seperti itu, informasi yang beredar di Internet kebanyakan memberitahu kalau di Kalimantan itu masih hutan banget, sinyal susah, listrik sering mati, dapetin air susah, dan lain-lain.

Secara otomatis pikiran saya ini langsung mengarah kesana. Apakah saya bisa bertahan di rantauan pertama saya saat bekerja?

3. Takut dengan Posisi Pekerjaan

Sebenarnya hal seperti ini itu klise. Waktu mendaftar Magang Kampus Merdeka kemarin saya juga kepikiran ketika diterima. Ternyata pemikiran tersebut kembali terputar dalam otak ini. Kurang lebih kayak gini pemikirannya

Apakah saya bisa bekerja dengan baik dan tidak membuat kesalahan?

Duh, apakah saya bisa mengerjakan pekerjaan saya dengan baik?

Pemikiran yang wajar dialami ketika baru saja akan mendapatkan pengalaman di posisi baru.

Mau Tidak Mau ya Harus Dihadapi

Pemikiran-pemikiran saya yang mayoritas isinya negatif tersebut mau tidak mau harus saya hadapi dan singkirkan dahulu, khususnya pada saat itu.

Berbagai pertimbangan saya pikirkan. Mulai dari menyiapkan mental fisik hingga menyiapkan tekad. Pilihan terakhir dan termantap saya yaitu saya bersedia untuk bekerja di Kalimantan. Mau gimana pun, tawaran ini merupakan tawaran pertama saya untuk bekerja. Tentunya tidak mau dong saya kehilangan kesempatan yang berharga ini..

Nah, dengan keputusan yang saya ambil, satu per satu keraguan saya di atas pun perlahan-lahan terjawab.

1. Naik Pesawat itu Tidak Semenakutkan Itu

Pesawat Lion Air tuuan jakarta (cgk) – balikpapan (bpn)

Ternyata oh ternyata, naik pesawat itu tidak semenakutkan yang saya kira. Meskipun maskapai yang saya naiki pertama kali itu Lion dengan tujuan Jakarta – Balikpapan menggunakan pesawat yang kurang terlihat baik, untung saja penerbangan saat itu berjalan dengan baik dan lancar. Selama di perjalanan saya mengalami turbulensi yang cukup membuat saya pusing. Untungnya hanya sebentar.

Pesawat take off dan landing dengan sempurna, membuat pengalaman pertama saya naik pesawat tidak memberikan trauma, Alhamdulillah.

Boarding pass

Tidak lupa juga saya mendokumentasikan tiket pesawat pertama yang saya naiki. Terlihat lebay, namun cukup untuk mengenang prestasi hebat dimana saya bisa mengalahkan rasa takut untuk naik pesawat (sekarang malah kesenengan naik pesawat, haha).

2. Tidak Semua Daerah di Kalimantan itu Hutan

Tidak semua daerah di Kalimantan itu hutan belantara. Kota Balikpapan contohnya, ramai dan bisa dibilang kota banget lah. Setidaknya ada tanda-tanda perkotaan dengan mall yang lumayan cukup banyak dan destinasi wisata alam maupun kuliner yang beragam.

Namun, Area tempat saya bekerja masih beberapa hutan. Dengan jarak antar desa yang cukup jauh serta akses yang hanya terdapat satu jalan saja cukup membuat pusing dan jarak tempuh dari Kota Balikpapan lumayan lama, sekitar 2 jam.

Daerah tersebut bernama Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.

3. Awal-awal Tidak Terbiasa, Namun Harus Terbiasa

Awal-awal saya bergabung, saya masih awam dengan apa yang harus saya kerjakan pada saat itu. Setidaknya saya berusaha untuk bertanya mengenai apa yang bisa saya lakukan (biar tidak ngang-ngong ngang-ngong aja). Bekerja di proyek konstruksi memang tidak mudah. Saya perlu beberapa waktu untuk penyesuaian. Penyesuaian itu meliputi adaptasi, melancarkan pekerjaannya, hingga evaluasi dari pekerjaan yang dibuat.

Di proyek penempatan saya kerja ini teman-teman dan atasan-atasan nya sangat suportif sekali. Mau saya repoti dan mengajari ketika saya tidak mengerti atau malah tidak bisa sama sekali.

Akhir Kata

Pertanyaan dari setiap kekhawatiran yang kita miliki secara perlahan akan terjawab seiring dengan keputusan yang kita ambil. Hanya saja, kita perlu memberanikan diri dalam mengambil keputusan tersebut.

Alangkah baiknya untuk berpikir dan mendiskusikannya dengan orang-orang yang punya pengalaman di bidang terkait sebelum mengambil keputusan. Jangan sampai keputusan yang sudah kita ambil itu malah menyusahkan diri kita di kemudian hari.

Banyak belajar dan banyak mengamati akan membuat kita lebih terbiasa dalam melakukan pekerjaan yang diberikan kepada kita. Selagi bisa bertanya dan mengambil ilmu sebanyak-banyaknya, maka lakukanlah :D.

Yah, Merantau ke Borneo pada akhirnya terlaksanakan dan saya bisa mendapatkan banyak sekali pengalaman yang berharga.

Mahasiswa yang suka menulis dan bercerita.